Bukan Sekedar Pembungkus
Makhluk yang paling berharga, akhwatifillah. Sesungguhnya melewati proses pematangan spiritual yang sangat menantang. Pakaian taqwanya saja merupakan bagian terpenting dalam pembentukan mentalitas. Berbusana sempurna bukannya tanpa resiko sama sekali, rasa gerah campur aduk dengan pandangan heran nan sinis itu pasti. Semua itu cukup ditampungnya dengan kesejukan tawadhu dan ketabahan dalam keistiqamahannya.
Tak perlu jauh-jauh mengambil contoh dalam realita kehidupan, cermati saja secara seksama di kalangan aktivis kampus. Sindiran tajam, tudingan miring, dan pastinya yang selalu menjadi bahan cemoohan, lebih banyak ditujukan pada kalangan akhwat. Hanya satu harapan, semoga selalu dalam keistiqamahannya.
Namun, perjuangan berat menuju kemuliaan dengan melewati proses pematangan spiritual yang menantang itu kini mulai ternoda. Pakaian taqwa yang tinggi nilai moralnya berangsur luntur. Luntur akibat adanya kefuturan, pakaian taqwanya jauh dari cerminan akhlak dan perilakunya. Memang jumlah yang seperti ini terlalu sedikit, tetapi cukup membuat kacau. Satu berbuat, yang lain dicap ikut terlibat.
Lalu kini, pakaian taqwa yang sebenarnya berkualitas dan beretika tinggi itu sekadar menjadi penutup tubuh belaka. Tidak mampu lagi menjaga hati dengan rapi. Dari sini mulailah bermunculan suatu tragedi, pencitraan diri yang kehilangan makna kemuliaan.
Kepribadian yang mempunyai kedahsyatan pesona bukan hanya sekedar terkait dengan berbagai atribut di tubuh, melainkan budi pekerti dan kualitas akhlaknya. Jangan jadikan dekorasi bagian luar tubuh, jangan merusak citra diri, jangan biarkan jerih payah dalam proses pematangan spiritual itu mengalami degradasi oleh karena hal segelintir saja.
Pakaian taqwa bukanlah sekedar pembungkus tubuh, melainkan mampu menjadi ekspresi jiwa terhadap identitas pemakainya. Pakaian taqwa bukan hanya berfungsi bak sampul luar, melainkan merupakan kemasan apik dari kepribadian luhur pemakainya. Yakinlah citra keindahan kan diraih. Dan harus diakui, perlu sikap hidup yang kuat serta berpondasi pada kesadaran yang paling mendasar.
*sumber : “Ukhti …Hatimu di Jendela Dunia.” Jendela Annisa Zikrul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar