ASSALAMU'ALAIKUM

Assalamu'alaikum...

Selasa, 14 Mei 2013

Rahasia Air Mata




Sosok yang sering menggunakan bahasa air mata, ya wanita. Pada banyak kondisi dan situasi, ianya bisa tumpah ruah seolah tanpa batas.

Kisah seorang pria, yang melalui perjalanan misterius dan penuh kejutan.

Pertama melihat air mata, ketika upacara ijab qabul berlangsung sakral. Entah mengapa, ada bintik-bintik bening merebak, membasahi bulu-bulu lentik di kelopak mata gadis pilihannya.

Berpikir betapa rumit logikanya ketika istrinya meneteskan air mata sambil memeluk bayi yang demam panas. Padahal obat penawar baru saja usai diberikan.

Belum mampu menerjemahkan bahasa air mata secara sempurna. Lagi-lagi mata istrinya sembab berlinang ketika kepalanya berlumuran darah terjatuh dari sepeda motor, padahal rasanya biasa saja. Ditambah lagi matanya berkaca-kaca saat melepas rindu setelah lama berpisah.

Puncaknya ia melihat, sang istri menangis setelah melahirkan bayi yang telah lama dinanti kehadirannya. Susah payah ia membujuk, tetap saja keras kepala dan terus menangis, hingga kemudian berhenti sendiri.

Namun, ia dapati kejanggalan. Istrinya tak meneteskan air mata ketika ia di PHK, saat tergusur dari kontrakan, dan dapur yang mulai jarang berasap. Pun tak menangis ketika telah tiga tahun menikah, belum selembar baju baru yang ia hadiahkan. Bahkan ketika sang istri terpaksa ikut serta memeras keringat, menopang ekonomi keluarga yang timpang.

Alhasil, bukannya tambah paham tentang air mata, justru membuatnya semakin bingung, heran bercampur takut. Ternyata sungguh rumit menakar makna air mata wanita berdasarkan timbangan akal semata. Lagi-lagi ia kecewa, ketika tak ditemukannya referensi, buku-buku atau hasil penelitian yang mengkaji tentang tetesan bening dipelupuk mata itu.

Semula ia berasumsi, semua wanita menangis tanpa alasan. Namun, teka-teki itu terjawab sepanjang kekayaan pengalaman yang direguknya selama berumah tangga. Mulai ia pahami, hingga berasumsi sebenarnya air mata wanita adalah air mata kehidupan.

Air mata kekuatan, saat melahirkan bayi dari rahimnya. Sementara, angka kematian ibu terus menunjukkan grafik meningkat.

Air mata yang peka dan kasih, untuk mencintai semua anak-anaknya dan keluarga. Dalam kondisi maupun situasi apapun, walau letih, walau sakit, walau tak jarang ada keluh kesah. Padahal tak jarang orang-orang yang dicintai menyakiti perasaannya, melukai hatinya.

Air mata ketabahan, atas kesederhanaan hidup namun tak membuatnya minder pergaulan, apalagi sampai mengurangi husnudzan nya pada Allah.

Air mata ketegaran, saat rumah tangga melewati masa-masa pancaroba, atau hampir karam oleh badai cobaan. Kegetiran malah membentuk pribadinya yang tangguh.

Air mata kebijaksanaan, yang mampu memberi pengertian agar tetap berdiri sejajar saling melengkapi dan memahami.

Tangisannya bukan karena kecengengan, tetapi menunjukkan bagaimana ia mencurahkan perasaanya, bagaimana ia berpikir dengan hati dan meraba dengan pikirannya.

Hingga akhir kisah seorang pria, ia telah melihat hampir semua jenis air mata itu berkumpul pada sosok istri tercinta. Air mata yang akan terus menjadi refleksi atas ke tawadhu’ an, qana’ah, dan istiqamah nya diri hingga menumbuhkan ketulusan cinta yang luar biasa.
Pun ia berani menyatakan, “andai wanita tanpa air mata, maka dunia akan berduka cita

(Yoli Hemdi, “Ukhti...Hatimu di Jendela Dunia”)
#Special for my mom, “malaikat yang punya surga di telapak kakinya

                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar